Selasa, 02 Desember 2008

Resensi Buku (Demokrasi Tanpa Kaum Demokrat)

Membaca tulisan dia, kita akan diajak mengelilingi pohon bernama demokrasi. Ibarat pohon, maka demokrasi tidak hanya tumbuh di Indonesia. Fadjroel adalah salah satu orang yang setia memberitakan pertumbuhan pohon demokrasi di negara sendiri dan belahan dunia lain.

Demokrasi merupakan pohon yang kita sebar benihnya dan setelah tumbuh dijaga secara bersama. Salah besar jika menjaga demokrasi adalah tugas dari satu kelompok saja --seperti intelektual yang berkelompok dalam gerakan pro-demokrasi.

Demokrasi menurut Fadjroel akan mengalami perluasan dan pendalaman apabila ada kontrol dari masyarakat sipil, masyarakat ekonomi, masyarakat politik, dan produk hukum. semua ini akan berjalan berkelindan dan saling melengkapi.

Fadjroel menjelaskan, perkembangan demokrasi di Indonesia dan beberapa kemungkinan perubahan di masa depan yang selalu berpijak pada realitas kekinian. Ketekunannya menghidupi demokrasi sangat luar biasa. Fadjroel melakukan penjelajahan teori dan praksis tentang demokrasi secara menyeluruh. Ia tidak hanya kuat secara teoritis, tetapi juga senantiasa membumikan demokrasi sesuai karakteristik masyarakat Indonesia kontemporer.

Menjaga demokrasi sebagai pohon yang teduh bagi siapa pun, hanya mungkin jika sikap kritis dan partisipatif muncul dalam masyarakat kita. Maka dari itu, demokrasi harus senantiasa diisi oleh individu yang berwatak demokrat. Individu yang setia pada kebenaran dan selalu bertanggung jawab pada kebebasan yang dimilikinya. Tatanan masyarakat demokratis-partisipasipatif, sosialisme-partisipatif adalah tema besar yang selalu digali secara intens oleh Fadjroel dalam buku ini.

Individu yang gandrung akan kebenaran tidak akan sepakat dengan dogmatisme teori dan ajaran. Kebenaran akan selalu dicari melalui pergulatan dengan lingkungan tempat individu bermukim. Artinya, ada dialektika yang selalu bergerak untuk menyikapi makna kebenaran. Dari situlah, sikap kritis dapat dibangun dan dikembangkan dalam suatu masyarakat.

Dengan tegas, Fadjroel menggugat makna demokrasi yang hanya sebatas seremonial. Belum lekang dari ingatan kita, Pemilu 2004 mendapat pujian dari dunia internasional. Pasalnya, seluruh rakyat Indonesia benar-benar memilih presiden dalam perhelatan demokrasi tersebut --macam pemilihan pada era Yunani Kuno. Tetapi, bagi Fadjroel, sepanjang ketidakadilan masih berkeliaran di bumi pertiwi belumlah demokratis negeri kita ini.

Hubungan antara elite dan masyarakat yang setara adalah tujuan demokrasi ditegakan di suatu negeri. Tentu saja, dengan tidak meninggalkan masa lalu sebagai suatu yang harus diungkap agar yang kita sebut kejahatan tidak berulang di masa kini. Nampak sekali, Fadjroel adalah sosok yang begitu setia berteriak menolak ketidakadilan, keserakahan, kekerasan, dan segala bentuk kezaliman yang dilakukan pemerintah Orde Baru. Saya melihat, Fadjroel begitu percaya bahwa pembangunan masyarakat bukanlah hari ini saja, tetapi juga menautkan pengalaman pada masa lalu.

Demokrasi adalah semangat yang harus dibangun dalam berbagai ruang kehidupan di negeri ini. Maka dari itu, walau Fadjroel adalah seorang yang setuju akan golput (golongan putih), tetapi ia menambahkan kata aktif di belakangnya. Bagi Fadjroel, golput aktif adalah sikap yang senantiasa kritis terhadap kebijakan yang tidak pro-rakyat, namun tidak memilih dalam pemilu. Sikap seperti ini adalah sah, sepanjang Indonesia masih dihuni oleh maling yang berkedok elite dan penjahat yang bertopeng hakim.

Fadjroel Rahman dan tulisan-tulisannya adalah musuh bagi elite yang totaliter dan otoriter. Sementara itu, bagi kita yang ingin mempelajari bagaimana menumbuhkan pohon demokrasi kritis-partispatoris, membaca tulisan Fadjroel Rahman adalah pintu masuk yang baik.

Dan menambahkan apa yang menjadi kata Pengantar buku ini yang di tulis oleh Dony Gahral Adian, bahwa Fadjroel melawan logika pengecualian yang kronis pada demokrasi.
Demokrasi seharusnya membesi dalam produk Hukum, agar tidak terjadi lagi pendekatan yang melanggar hakikat kebebasan dan pendekatan kekerasan.

Maka apabila demokrasi akan berjalan sesuai hakikat kemanusiaan, itu merupakan tanggung jawab kaum demokrat.



Judul Buku : Demokrasi Tanpa Kaum Demokrat, Tentang Kebebasan, Demokrasi, dan Negara Kesejahteraan
Penulis : M. Fadjroel Rahman
Tahun Terbit : I, 2007
Penerbit : Penerbit Koekoesa
n

Tidak ada komentar: